Monday, December 10, 2012

Reporting of Intangible Assets

Metode pembelajaran kuliah akuntansi menengah 1 kemarin adalah diskusi kelompok. Dalam satu bab dibagi 10 kelompok yang menjelaskan per tujuan pembelajaran/learning objectives (LO). Bab yang dibahas adalah Intagible assets (IA) dan LO yang kami bahas reporting of intangible assets.

Ada pertanyaan menarik dari kawan kami, Rodhi, mengenai teori akuntansi. Mengapa penyajian IA dalam neraca tidak menyertakan akun accumulated amortization sebagai contra accountnya, tidak seperti akun tangible assets yang menyajikan accumulated depreciation dalan neraca (sehingga historical value tangible assets tetap muncul).

Jujur aja, ini pertanyaan yang belum kami persiapkan jawabannya (males nyari), akhirnya dijawablah berdasarkan opini, bahwa historical value pada tangible assets dimunculkan sebagai dasar perhitungan bila ada penilaian kembali aset berdasarkan fair value-nya. Selisihnya sebagai gain/loss. Sedangkan IA, karena penetapan nilainya berdasarkan proses dalam perusahaan sendiri (berdasarkan biaya riset dan pengembangan), sehingga di masa depan tidak dinilai fair valeunya, maka amortisasi langsung mengurangi cost of IA. Meskipun tidak umum, penyajian acccumulated amortization dapat dilakukan.
Bila ada pertanyaan kemudian, mungkin kami akan nyerah karena ada yang mengganjal di hati.

Bila benar pernyataan saya, maka bagaimana suatu perusahaan media cetak atau lembaga survey atau BANK melakukan penilaian atas database konsumen/narasumber/pemakai kartu kreditnya? Apakah dari biaya pengumpulannya atau dari harga pasarnya ketika dijual ke pihak luar?

Kayaknya saya mesti lebih banyak belajar dan memperdalam ilmu lagi, lets stick this post. Suatu saat saya nemu jawaban yang meyakinkan/benar secara teori, akan diupdate.
Task to do: belajar teori akuntansi.

Oya, intermezo, menurut istri saya, biasanya orang teknis menanyakan hal teoritis, sedangkan orang teoritis menanyakan hal teknis. Benarkah begitu?

No comments: