Sunday, August 15, 2010

Kembali Demen Membaca

Ditulis Senin, 16 Agustus 2010

Sabtu kemarin sampai di Blok M, Jakarta jam setengah empat. Tak disangka ada Mama juga, kirain cuma Ashri sama Papa. Ah, disambut saya. Bukan dengan karpet merah, tapi lebih dari itu: Pelukan hangat dan kebahagiaan.

Pas saya peluk, Ashri udah makin tinggi. Dulu masih sepinggang saya, kapan ya? Yah masih saya kuliah sih. Sekarang dia sudah sedada saya dan rambutnya bau matahari, kebanyakan main dek. Tapi dasar adik yang bertaktik, langsung saya ditodong buat membelikan fastfood. Bukan untuk dimakan saat itu juga, tapi buat buka. Dia puasa full! Nah, semakin jelas kau mulai besar dek.

Seperti biasa, ga mungkin kalo udah masuk tempat belanja ga kena beli yang lain. Abrakadabra! *cring* Sekarang Ashri megang plastik. Isinya baju buat dia dan keponakannya. Haha, sebagai kakak, itu salah satu tugas saya. Mengampu yang dibawah. Apalagi sudah bekerja, jauh lagi! Bukannya menggantikan kehtidakhadiran dengan materi, tapi sayang bisa diungkapkan dengan apa saja.


Tahukah kamu, kalo udah ke emol tapi ga ke toko buku tu GA GAHUL! Makanya, demi menjadi anak GAHUL versi ghuwe, melangkahlah ke toko buku. Disana bertemu buku baru Andrea Hirata, Padang Bulan. Comot langsung di comot. Kalo kata Mama&Papa: "Kalo buat makan mah jangan irit-irit kak." Maksudnya jangan membuat diri menderita kurang makan padahal mampu beli makan. Kalo gw kembangkan kalimatnya jadi "Kalo buat makan mah jangan irit-irit, beli buku jangan pelit-pelit." Saya cinta membaca sejak diperkenalkan pada Majalah Bobo.

Karena sebelum hari selasa temanya adalah liburan dan jalan-jalan, maka saya menahan diri untuk buka Padang Bulan. Ini liburan yang untuk jalan-jalan bung! Tapi kenyataannya karena belom kemana-mana juga sampai senin pagi ini, saya bukalah itu buku. Bau kertas, enaknya megang buku baru.... Hal pertama untuk dilakukan setelah membuka buku adalah menempelkan harga di bagian halaman cover belakang buku. Tapi karena semua cover adalah cover depan, saya pasang di buku bagian kedua, Cinta di Dalam Gelas. Kenapa memasang harga begitu? 20 tahun lagi, kalau buku itu masih ada, mungkin kita bisa mengenang harga buku jaman dulu. Kok mahal sekali? (Ceritanya udah redenominasi)

Senangkah kalian membaca pengantar dari penerbit dan prakata sebelum membaca isi cerita? Biasakahnlah. Buat gw, membaca itu memancing mood dan membangun suasana buku, biar pas baca dari awal udah langsung masuk dalam cerita. Secara moral, sama aja dengan dengerin orang bicara. Menulis itu butuh berpikir, jadi saya ingin menghargai buah pikiran penulis yang pasti pikirannya hebat karena sudah dipercaya tulisannya tersebar beribu-ribu eksemplar. Kata pengantarnya bikin merinding dan menimbulkan harapan, ada juga bagian yang menggelitik. Penasaran? Coba aja dibaca.:)

Saya belum habis membaca bab pertama: Lelaki Penyayang. Tapi baru membaca segitu aja langsung menimbulkan keinginan saya untuk menulis. Ada bagian-bagian tulisan yang saya suka.
Pertama, JUDUL babnya.
Kedua, "Sebaliknya, Syalimah tak perlu dibelikan harta benda. Ia telah punya Zamzami dan itu lebih dari cukup."
Ketiga, "Lelaki itu amat penyayang pada keluarga sehingga Syalimah tak memerlukan apa pun lagi di dunia ini."

Sederhana sih. Tapi ketulusan memang tidak rumit.

Semoga cerita selanjutnya semakin menarik. Siap-siap dibangkitkan kembali kesenangan membacanya! Kemarin lalu sempat lesu membaca.



Oya, saya membaca sambil mendengar lagu-lagunya Adhitia Sofyan. Aduh, pas bener.... Mas Bang Kak Adit ini udah punya tiga album dan kalian dapat mendapatkannya secara GRATIS. Dia menyediakan link download di blognya. What a kind person. Saya masih senang yang gratis-gratis, apalagi kalau bagus. xP

Baiklah, moga-moga setelah baca ini hasrat membacamu meningkat dan makin sayang keluarga. Buat besok, Selamat Hari Kemerdekaan!!! :-)

Link yang bukan killerjo:

Adhitia Sofyan
Andrea Hirata - Padang Bulan
Asal gambar cover buku
Perum Damri, saya naik ini dari Bandara Soekarno-Hatta
Zzzz Blog sayah