Sunday, August 24, 2008

Hidup, Bahagia

*
Tempo hari, waktu gw lagi jalan di sebuah gang, gw papasan sama pemulung yang lagi ngambil sampah. Dia lebih pendek dari gw, kurus, hitam terbakar matahari. Usianya kira2 23-25 tahunan, entah kalo lebih muda atau lebih tua. Dia berkeringat. Sore itu masih berburu, masih memulung.
***
Kemarin hari minggu. Sepulang dari lari pagi di GOR Ragunan gw ngeliat bapak2 di seberang jalan yang entah orang kurang waras entah gelandangan. Bajunya lusuh, kotor banget, berantakan, pakai sepatu kulit warna hitam yang diinjek bagian penutup tumitnya. Gw bertanya-tanya, apakah nyaman dia berjalan kayak gitu? Pasti perjalanannya jauh karena ngga mungkin kan naik kendaraan pribadi atau kendaraan umum, lagipula mungkin aja dia ngga tau tujuannya berjalan.
10.000 langkah per hari. Orang-orang yang hidupnya lumayan menyisihkan waktunya cuma buat lari-lari kecil atau jalan kaki muter-muter biar bisa melangkah 10.000 kali. Dan bapak yang entah gelandangan entah orang kurang waras itu menghabiskan waktunya dengan berjalan untuk tetap hidup.
Bibirnya mengatup rokok putih yang terlihat jadi bagian paling bersih dari dirinya. Rokok itu utuh, tidak dinyalakan. Mungkin ingin menikmati lebih lama, kapan lagi ada rokok menemani?
***
Setiap disodori surprise yang sering, Ruben Onsu dan Olga Syahputra selalu menangis haru.
Dalam setiap reality show bertajuk "Seandainya Aku Menjadi" yang diakhiri dengan air mata bahagia-bersyukur, gw selalu melihat sang bapak tua yang menjadi tulang punggung keluarga tidak meneteskan air mata. Memang tampak haru di wajahnya, di matanya.
Kemana air mata itu?
***
Sejak bisa bertanya dalam hati tentang apa yang dirasakan orang lain, gw selalu bertanya: "Kapankah mereka (orang2 -maaf- miskin) bahagia? Karena apa? Sedangkan hidupnya tidak banyak pilihan."
Apakah kebahagiaan mereka sama dengan kebahagiaan gw waktu dibeliin mainan? Kebahagiaan yang ngga kebentur pertanyaan tentang pemenuhan kebutuhan hidup di masa depan.
Apa gw bisa membahagiakan mereka dengan keadaannya (ekonomi) sekarang?
Atau keadaan mereka harus berubah agar lebih bahagia?
Bagaimana? Kebahagiaan memang dalam hati, tetap saja butuh perbuatan. Perbuatan, perbuatan....

* gambar diambil dari http://www.cibuku.com/images/d4/orang_miskin_tanpa_subsidi.jpg

3 comments:

Anonymous said...

Ragunan? Woo..dulu setiap hari saya ngantor di daerah situ, di dekat bonbin.

Bahagia? Bahagia mungkin terjadi jika kita menikmati kehidupan secara ikhlas.

Anonymous said...

ayo ayo do something do something!
eh, nulis lagi dong lu. jangan nongkrongin hp mulu...

ArdianZzZ said...

kehidupan ini indah, jika kita mau dan bisa memahaminya...